Wednesday, 12 September 2012

Camilla Leyland Guru Yoga, Dari Itu Ke Ini...




 
PEREMPUAN mempunyai hak yang sama dalam menentukan nasibnya. Bahkan, dalam Alquran disebutkan, kemuliaan seorang anak manusia bukan kerana kecantikan, jenis kelamin, mahupun suku bangsanya, melainkan kerana takwanya kepada Allah. (QS Al-Hujurat [49]: 13).
Islam menempatkan perempuan sama seperti lelaki dalam meraih ketakwaan. Tiada kehebatan seorang jenderal, intelektual, menteri, Pedana Menteri atau presiden sekalipun, tanpa keterlibatan seorang perempuan. Sebab, peranan perempuan pula yang membawa dia menjadi anak yang sehat, cerdas, dan terampil.
Prinsip Islam yang demikian inilah, yang akhirnya membawa Camilla Leyland, seorang guru Yoga untuk memilih dan memeluk agama Islam.
“Saya tahu, orang pasti akan terkejut mendengar kata feminisme dan Islam. Namun jangan salah, dalam Alquran, perempuan mempunyai kedudukan setara dengan lelaki,” ujarnya. “Dan ketika agama ini dilahirkan, perempuan adalah warga kelas dua dalam masyarakat misoginis.”
Perempuan kelahiran Southampton, Inggeris, ini menambahkan, banyak orang yang salah dalam mendudukkan antara budaya dan agama.
"Di negara Islam, kebebasan perempuan dikungkung mungkin ada benarnya. Namun, jangan salah juga, ketika saya tumbuh, saya juga merasa tertekan dalam kultur masyarakat Barat yang begini,'' ungkapnya.
Tekanan yang ia maksud adalah tuntutan sosial agar perempuan berlaku sama dengan lelaki, dengan minum-minuman keras dan melakukan seks bebas. Dalam pandangannya, semua tuntutan sosial tersebut tidak memiliki erti apa pun.
Sebaliknya, ia mengagumi nilai-nilai yang diajarkan Islam mengenai hubungan antara perempuan dan lelaki. "Dalam Islam, ketika anda mulai menjalin hubungan, maka ertinya ada sebuah komitmen yang intens," ujarnya.
Beza dengan pandangan Barat soal perlakuan Islam atas perempuan, ia terus tertarik untuk mempelajari Islam kerana alasan ini. Menurutnya, tidak seperti pandangan ramai orang di negara-negara Barat, Islam menyisihkan  kaum perempuan setara dengan lelaki dalam fungsi dan tugas masing-masing.
Camilla adalah seorang guru Yoga yang sangat terkenal di Kota Southampton. Ia mendirikan pusat pelatihan yoga dengan nama Camilla Yoga. Bahkan, bagi warga Cornwall, Inggeris, nama Camilla sudah tidak asing lagi. Ibu seorang puteri bernama Inaya ini rutin mengajarkan yoga kepada peserta didiknya.
Camilla tumbuh dan dibesarkan dalam lingkungan kelas menengah Inggeris. Ayahnya adalah direktur Southampton Institute of Education dan ibunya seorang pensyarah ekonomi. Camilla pertama kali bersinggungan dengan Islam saat duduk di bangku sekolah menengah. Dahaganya kepada pengetahuan Islaman agak puas setelah ia masuk universiti.
Kerana tertarik terhadap Islamlah, Camilla kemudian mengambil gelar master di bidang studi Timur Tengah. Ia masuk Islam sejak berusia 20 tahun. Ia berharap dapat memadukan antara Islam dan yoga. Serta menghargai setiap perbedaan dan memberikan nilai-nilai luhur hubungan antara sesama manusia. Juga, menghargai orang tua dan perempuan, seperti yang dikehendaki oleh ajaran Islam.
 Terjemahan Alquran
Banyak cara Allah memberikan kepada hamba yang dikehendakinya untuk menerima kebenaran Islam. Ada yang kerana membandingkan kitab suci Alquran dengan lainnya, persoalan perempuan, hak asasi, bahkan melalui bacaan Alquran.
Demikian juga dengan Camilla Leyland. Selain kerana perhargaan Islam atas perempuan, pencerahan agama mulia ini, ia dapatkan dengan mempelajari Alquran,  walau cuma melalui terjemahannya.
Hidayah dan pencerahan itu ia rasakan saat tinggal dan bekerja di Syria. Ia semakin tertarik pada Islam setelah membaca terjemahan Alquran. Berawal dari sinilah ia mulai menyedari bahawa Islamlah yang dicarinya selama ini.

"Saya pun bertekad untuk menjadi penganut Islam.'' ungkapnya.
Keputusannya untuk memeluk Islam, diakui Camilla, membuat teman-teman dan keluarganya hairan.
''Orang tak percaya, seorang perempuan berpendidikan tinggi, berasal dari kelas menengah, dan berkulit putih pula, memilih untuk menjadi Muslim,'' katanya, menirukan komentar ayahnya masa itu. Namun Camilla mantap menjadi Muslimah.

Ia mengaku tidak pernah meninggalkan kewajiban sebagai seorang Muslimah termasuk  sholat lima waktu. Ia bercerita, makin kuat tekadnya memegang teguh agamanya semasa menghadiri pesta ulang tahun temannya di sebuah bar. Ia tampil dengan pakaian menutup aurat menurut Islam.
''Saya berjalan, dengan pakaian menutup aurat. Melihat semua mata menatap saya dan beberapa tamu yang mabuk mengucapkan kata-kata tak senonoh atau menari di hadapan saya secara provokatif," tuturnya.
"Untuk pertama kalinya saya menyaksikan masa lalu saya dengan sebelah mata dan saya tahu, saya tidak akan pernah ingin kembali pada kehidupan semacam itu.''
Camilla juga merasa bersyukur menemukan Islam. Dengan keislaman yang disandangnya kini, ia merasa telah menjadi orang yang merdeka.
"Saya bersyukur menemui jalan keluar bagi diri saya sendiri. Saya bahagia shalat lima kali sehari dan mengikuti pengajian di masjid. Saya tidak lagi menjadi hamba masyarakat yang rosak," tegasnya. 

Itulah, dari itu ke ini!

No comments:

Post a Comment

Popular Posts