Islam menempatkan
perempuan
sama seperti lelaki dalam meraih ketakwaan. Tiada kehebatan
seorang jenderal, intelektual, menteri, Pedana Menteri atau
presiden sekalipun, tanpa keterlibatan seorang perempuan. Sebab, peranan
perempuan pula yang membawa dia menjadi anak yang sehat, cerdas,
dan terampil.
Prinsip Islam yang demikian
inilah, yang akhirnya membawa Camilla Leyland, seorang guru Yoga untuk
memilih dan memeluk agama Islam.
“Saya tahu, orang pasti akan
terkejut mendengar kata feminisme dan Islam. Namun jangan salah, dalam
Alquran, perempuan mempunyai kedudukan setara dengan lelaki,”
ujarnya. “Dan ketika agama ini dilahirkan, perempuan adalah warga kelas
dua dalam masyarakat misoginis.”
Perempuan kelahiran Southampton, Inggeris, ini menambahkan, banyak orang yang salah dalam mendudukkan antara budaya dan agama.
"Di negara Islam, kebebasan
perempuan dikungkung mungkin ada benarnya. Namun, jangan salah juga,
ketika saya tumbuh, saya juga merasa tertekan dalam kultur masyarakat
Barat yang begini,'' ungkapnya.
Tekanan yang ia maksud adalah tuntutan
sosial agar perempuan berlaku sama dengan lelaki, dengan minum-minuman
keras dan melakukan seks bebas. Dalam pandangannya, semua tuntutan
sosial tersebut tidak memiliki erti apa pun.
Sebaliknya, ia mengagumi
nilai-nilai yang diajarkan Islam mengenai hubungan antara perempuan dan
lelaki. "Dalam Islam, ketika anda mulai menjalin hubungan, maka ertinya ada sebuah komitmen yang intens," ujarnya.
Beza dengan pandangan Barat soal
perlakuan Islam atas perempuan, ia terus tertarik untuk mempelajari
Islam kerana alasan ini. Menurutnya, tidak seperti pandangan ramai orang
di negara-negara Barat, Islam menyisihkan kaum perempuan setara
dengan lelaki dalam fungsi dan tugas masing-masing.
Camilla adalah seorang guru Yoga
yang sangat terkenal di Kota Southampton. Ia mendirikan pusat pelatihan
yoga dengan nama Camilla Yoga. Bahkan, bagi warga Cornwall, Inggeris,
nama Camilla sudah tidak asing lagi. Ibu seorang puteri bernama Inaya ini
rutin mengajarkan yoga kepada peserta didiknya.
Camilla tumbuh
dan dibesarkan
dalam lingkungan kelas menengah Inggeris. Ayahnya adalah direktur
Southampton Institute of Education dan ibunya seorang pensyarah ekonomi.
Camilla pertama kali
bersinggungan dengan Islam saat duduk di bangku sekolah menengah.
Dahaganya kepada pengetahuan Islaman agak puas setelah ia masuk
universiti.
Kerana tertarik
terhadap Islamlah, Camilla kemudian mengambil gelar master di bidang
studi Timur Tengah. Ia masuk Islam sejak berusia 20
tahun. Ia berharap dapat memadukan antara Islam dan yoga. Serta
menghargai setiap perbedaan dan memberikan nilai-nilai luhur hubungan
antara sesama manusia. Juga, menghargai orang tua dan perempuan,
seperti yang dikehendaki oleh ajaran Islam.
Terjemahan Alquran
Banyak cara Allah memberikan kepada
hamba yang dikehendakinya untuk menerima kebenaran Islam. Ada yang
kerana membandingkan kitab suci Alquran dengan lainnya, persoalan
perempuan, hak asasi, bahkan melalui bacaan Alquran.
Demikian juga dengan Camilla
Leyland. Selain kerana perhargaan Islam atas perempuan, pencerahan agama
mulia ini, ia dapatkan dengan mempelajari Alquran, walau cuma melalui
terjemahannya.
Hidayah
dan pencerahan itu ia rasakan saat tinggal dan bekerja di Syria. Ia
semakin tertarik pada Islam setelah membaca terjemahan Alquran. Berawal
dari sinilah ia mulai menyedari bahawa Islamlah yang dicarinya selama
ini.
"Saya pun bertekad untuk menjadi penganut Islam.'' ungkapnya.
"Saya pun bertekad untuk menjadi penganut Islam.'' ungkapnya.
Keputusannya untuk memeluk Islam, diakui Camilla, membuat teman-teman dan keluarganya hairan.
''Orang tak percaya, seorang perempuan berpendidikan tinggi, berasal dari kelas
menengah, dan berkulit putih pula, memilih untuk menjadi Muslim,''
katanya, menirukan komentar ayahnya masa itu. Namun Camilla mantap menjadi Muslimah.
Ia mengaku tidak pernah meninggalkan kewajiban sebagai seorang Muslimah termasuk sholat lima waktu. Ia bercerita, makin kuat tekadnya memegang teguh agamanya semasa menghadiri pesta ulang tahun temannya di sebuah bar. Ia tampil dengan pakaian menutup aurat menurut Islam.
''Saya berjalan, dengan pakaian menutup aurat. Melihat semua mata menatap saya dan beberapa tamu
yang mabuk mengucapkan kata-kata tak senonoh atau menari di hadapan saya
secara provokatif," tuturnya.
"Untuk pertama kalinya saya
menyaksikan masa lalu saya dengan sebelah mata dan saya tahu, saya tidak
akan pernah ingin kembali pada kehidupan semacam itu.''
Camilla juga merasa bersyukur
menemukan Islam. Dengan keislaman yang disandangnya kini, ia merasa
telah menjadi orang yang merdeka.
"Saya bersyukur menemui jalan
keluar bagi diri saya sendiri. Saya bahagia shalat lima kali sehari dan
mengikuti pengajian di masjid. Saya tidak lagi menjadi hamba masyarakat
yang rosak," tegasnya.
Itulah, dari itu ke ini!
Itulah, dari itu ke ini!
No comments:
Post a Comment