Tuesday, 19 March 2013

Muslim Las Vegas, Godaan Di Kota Dosa


 
HIDUP di sebuah kota yang dikenal sebagai 'kota pusat dosa'. Kaum Muslim di kota Las Vegas, Amerika Syarikat (AS), berusaha melawan berbagai macam godaan duniawi; perjuangan tiada akhir untuk mempertahankan keimanan.

“Kami menerima kritikan dari kaum Muslim lainnya,” kata Ahmadullah Rokai Yusufzai, yang dikenal sebagai Rocky oleh tetangga non-Muslimnya, mengatakan kepada harian The Observer pada hari Minggu kemarin. 

Mereka mengatakan,”kamu hidup di Kota Dosa? Kamu pasti memiliki masalah dengan perjudian. Kamu pasti melakukan ini dan itu.”

Kami lantas mengatakan, ”Tidak. Itu terjadi di The Strip, namun dua mil dari daerah tersebut tidak ada kasino. Hanya pedesaan dengan keluarga-keluarga sederhana yang mencuba untuk hidup dengan sopan dan baik.”

“Banyak kaum Muslim tinggal dengan tenang, jauh dari The Strip. Rumah saya kira-kira 15 mil dari sana dan kami memiliki kehidupan yang berbeda.” Yusufzai (45), datang ke AS dengan orangtuanya dari Afganistan tiga puluh tahun yang lalu.

Berbagai pekerjaan telah ia lakukan untuk membesarkan anaknya, mulai dari penterjemah di mahkamah sampai pelatih sepakbola. Namun setelah peristiwa 9/11 terjadi, keadaan berubah. Ia kehilangan pekerjaannya sebagai jurutera di sebuah perusahaan telekomunikasi.

Untuk menafkahi keluarga, lelaki lulusan universiti ini siap bekerja sebagai pemandu teksi, namun ia menolak ketika syarikat mahu dia menipu pelancung dalam perkhidmatannya. Ia juga menolak pembayaran dari hasil kelab malam dan rumah bordil.  

Namun, kesengsaraan ekonomi memaksanya untuk mengendarai sebuah truk gandeng ke daerah The Strip atau di daerah Kota Dosa, di mana kliennya sedang dalam proses pembuatan iklan kelab hiburan. 

“Saya mengendarai truk ini sambil membawa gantungan bertuliskan ‘Allahu Akbar’, dan mendengar murottal al-Quran.

“Dan saya memohon ampunan kepada Allah, saya hanya berusaha dapatkan rizki halal tanpa berbuat tidak jujur atau dengan “wang” seperti di Vegas.

“Saya tetap merasa tidak tenang. Meski halal, saya perlu mengembalikan truk tersebut. Itu adalah suatu kesalahan.” Jelas beliau.


Yusufzai, adalah seorang pendiri Masjid At-Tauhid, Las Vegas. Masjid yang berjarak kira-kira 10 menit dari jalan raya Las Vegas. Beliau mengatakan bahawa ramai kaum Muslim yang terperangkap oleh godaan-godaan duniawi di kota tersebut.

“Di sini mudah sekali kita (kaum Muslim) ‘tersesat’, dibandingkan dengan tempat-tempat lain di dunia,” katanya.

“Untuk pergi ke The Strip, kamu boleh dapatkan kartu ID palsu kemudian masuk ke kelab mana saja dan melakukan semua hal sesuka kamu.

“Minum minuman keras sudah menjadi kebiasaan bagi para remaja. Orangtua kebanyakan menyangkal hal ini. Mereka tidak pernah percaya bahwa hal tersebut terjadi.” Katanya.

Beliau mengatakan, bekerja di tempat-tempat hiburan menjadi suatu godaan yang sukar ditolak oleh ramai kaum Muslim.

“Dengan bekerja di hotel, seseorang dapat membeli sebuah rumah seluas 185,81m2 dan dua buah kereta.

“Pemandu teksi atau bandar black-jack yang mendapatkan 60,000US$ dapat membeli sebuah rumah, kereta dan membiayai sekolah anak-anaknya."

Yusufzai juga menjelaskan, cabaran utama kaum Muslim di Las Vegas adalah membesarkan anak-anak mereka di kota tersebut.

“Namun peranan orangtua di kota ini juga sangat sulit dan mencabar Saya tidak setuju dengan hukuman. Hanya marah dan mengikuti hawa nafsu, namun saya perlu jelaskan bahawa sebagai orangtua Muslim di kota pusat dosa ini, peranan kita memang susah.”  ”

Beliau menceritakan kes yang berlaku kepada seorang gadis cantik berusia 20an. Dia secara sukarela bekerja di masjid tersebut. 

Gadis itu mulai menangis dan mengatakan,“Saya tidak tahu cara sholat. Orangtua saya tidak pernah mengajarnya. Mereka disiplin dalam hal peraturan dan hukum negara, tetapi tidak tentang Islam. Mereka terlalu sibuk mencari wang!

 
Kurangnya sumber daya imam masjid, adalah menambah permasalahan yang dihadapi kaum Muslim di Las Vegas.

“Ada dua saudara kami yang belajar secara otodidak. Mereka bukan imam resmi yang telah belajar di madrasah atau perguruan tinggi Al-Qur’an,” Yusufzai menceritakan.

Salah satu dari mereka adalah penjual roti di kasino, membuat kueh-kueh, dan juga bekerja pada sebuah kilang bagel. Yang satunya lagi bekerja sebagai kurir dan pemandu teksi. Hidup di tengah-tengah kota penuh dosa..

Yusufzai belajar untuk tidak dengan mudah menghukum orang lain.

“Muslim lain bertanya tentang perasaan saya terhadap bartender dan pekerja kasino yang ikut sholat berjama’ah di masjid ini …

“Saya katakan kepada mereka, kita semua akan menemui ajal kita masing-masing. Saya tidak dapat menghakum orang-orang tersebut.

“Meski begitu, saya katakan kepada mereka bahawa apa yang mereka lakukan itu salah, tetapi saya tidak dapat menghentikan seseorang untuk melakukan sesuatu. AS adalah rumah bagi Muslim minoriti, antara 6 sampai 8 juta orang.” Yusufzai menjelaskan.

No comments:

Post a Comment

Popular Posts